Realita Biaya Hidup Mahasiswa di Jogja: Antara Mimpi dan Tantangan
Oleh: Paulinus Teensian Mangko
Yogyakarta, atau yang lebih akrab disebut Jogja, telah lama dikenal sebagai kota pelajar. Reputasinya sebagai tempat yang ramah bagi mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia menjadikannya tujuan favorit untuk menuntut ilmu. Namun, di balik julukan tersebut, tersimpan realita biaya hidup yang semakin menantang.
Berdasarkan Survei Biaya Hidup Mahasiswa (SBHM) 2024, rata-rata pengeluaran mahasiswa di Jogja mencapai Rp 2.966.514 per bulan. Angka ini sedikit melampaui Upah Minimum Provinsi (UMP) DIY, sebuah fakta yang patut menjadi perhatian. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa hidup sebagai mahasiswa di Jogja kini tak lagi semurah dan sesederhana yang dibayangkan banyak orang.
Faktor terbesar pengeluaran berasal dari kebutuhan makan. Hal ini masuk akal mengingat harga makanan, meskipun masih terbilang terjangkau, tetap menjadi kebutuhan harian yang tidak bisa dikompromikan. Sementara itu, biaya tempat tinggal juga sangat bervariasi. Mahasiswa dengan dana terbatas bisa memilih kost sederhana di kisaran Rp 250.000–Rp 500.000 per bulan, sedangkan mereka yang mencari kenyamanan ekstra harus rela merogoh kocek hingga Rp 2 juta per bulan untuk kost eksklusif.
Transportasi menjadi aspek lain yang cukup fleksibel. Mahasiswa yang membawa kendaraan pribadi mungkin mengeluarkan lebih banyak biaya untuk bensin dan perawatan, sementara mereka yang memanfaatkan transportasi umum bisa menghemat lebih banyak. Namun, sayangnya sistem transportasi publik di Jogja masih perlu ditingkatkan agar benar-benar bisa menjadi solusi yang efektif.
Biaya kebutuhan sehari-hari seperti pulsa, print, hingga fotokopi masih berada dalam batas wajar, antara Rp 125.000 hingga Rp 300.000 per bulan. Tapi pengeluaran gaya hidup, yang meliputi belanja, hiburan, dan nongkrong di kafe, seringkali menjadi penyebab utama membengkaknya anggaran bulanan mahasiswa.
Ada beberapa solusi praktis yang bisa diterapkan untuk menekan pengeluaran. Memilih kost sederhana, memanfaatkan fasilitas kampus, dan aktif di organisasi atau komunitas dapat menjadi cara cerdas untuk berhemat. Selain itu, kesadaran untuk membatasi gaya hidup konsumtif sangat penting, terlebih dalam era media sosial yang kerap memicu tekanan untuk tampil sempurna.
Hidup sebagai mahasiswa di Jogja bukan lagi sekadar tentang biaya murah dan suasana nyaman. Kini, mahasiswa dituntut untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan dan menentukan prioritas. Biaya hidup yang semakin tinggi bukan alasan untuk menyerah, tetapi tantangan yang dapat ditempa menjadi pelajaran hidup yang berharga. Jogja tetap kota pelajar — bukan hanya tempat belajar ilmu, tapi juga belajar hidup.

Komentar
Posting Komentar