Kelangkaan Pertamax–Pertalite di Barito Timur: Ancaman Inflasi yang Tak Terhindarkan?

Oleh: Paulinus Teensian Mangko

Dari petani hingga pedagang, aktivitas ekonomi terganggu akibat kelangkaan BBM di Barito Timur, Tabalong, dan Palangkaraya

Kelangkaan Pertamax dan Pertalite di Kabupaten Barito Timur dalam beberapa hari terakhir memicu kekhawatiran serius di tengah masyarakat. Situasi ini semakin menguat ketika daerah tetangga, yaitu Kabupaten Tabalong (Provinsi Kalimantan Selatan) dan Kota Palangkaraya (Provinsi Kalimantan Tengah), dilaporkan mengalami kondisi serupa. Meluasnya kelangkaan ini menunjukkan adanya persoalan pasokan dan distribusi yang tidak lagi bersifat lokal, melainkan regional. Jika dibiarkan berlarut, dampaknya akan terasa langsung pada laju inflasi daerah dan stabilitas harga barang kebutuhan pokok.

Di banyak titik, masyarakat terpaksa membeli BBM eceran dengan harga jauh lebih mahal dari harga resmi. Pedagang kecil memanfaatkan kelangkaan ini untuk menaikkan harga secara signifikan. Kondisi ini bisa menciptakan rantai kenaikan harga yang sulit dikendalikan. Biaya transportasi barang meningkat, ongkos logistik melonjak, dan harga komoditas pangan ikut terkerek. Dalam situasi seperti ini, kelompok penyumbang inflasi utama – terutama bahan makanan, transportasi, dan energi – berisiko naik secara bersamaan.

Tidak hanya pedagang yang terdampak. Para petani mengeluhkan terhentinya aktivitas di kebun maupun sawah karena sulit memperoleh BBM. Petani akhirnya menunda pekerjaan, yang pada gilirannya dapat mengganggu rantai pasok hasil pertanian lokal. Di sisi lain, pelaku usaha kecil seperti pedagang keliling, dan jasa antar barang turut terpukul karena biaya operasional naik sementara pendapatan tidak bertambah.

Kondisi serupa terjadi pada profesi lain yang sangat bergantung pada mobilitas. Guru, tenaga kesehatan, dan pegawai yang tinggal di desa-desa terpencil mengalami kesulitan menuju tempat kerja. Jika terus berlanjut, situasi ini dapat mempengaruhi produktivitas wilayah secara keseluruhan.

Dari perspektif ekonomi, kelangkaan BBM pada akhirnya berpotensi menjadi pemicu inflasi daerah. Pertama, kenaikan harga BBM eceran menyebabkan biaya distribusi barang meningkat. Kedua, tingginya permintaan akibat panic buying mempercepat laju kenaikan harga. Ketiga, melambatnya kegiatan produksi pada sektor pertanian dan UMKM mengurangi ketersediaan barang sehingga memunculkan tekanan harga lebih lanjut. Kombinasi ketiga faktor ini menciptakan “tekanan inflasi berlapis” yang sulit dikendalikan jika tidak ada intervensi cepat.

Meski demikian, artikel ini tetap menilai bahwa solusi bukan hanya pada pengawasan pedagang, melainkan pada perbaikan sistem distribusi dan kejelasan pasokan dari hulu. Pemerintah daerah bersama Pertamina harus bergerak cepat memastikan suplai BBM kembali stabil, termasuk mengawasi SPBU yang diduga melakukan penimbunan. Langkah operasi pasar BBM juga bisa menjadi opsi sementara untuk meredam kenaikan harga di tingkat konsumen.

Kelangkaan Pertamax dan Pertalite bukan hanya persoalan transportasi; ini adalah isu ekonomi daerah yang bisa mendorong inflasi dan memperburuk kesejahteraan masyarakat. Jika daerah-daerah seperti Barito Timur, Tabalong, dan Palangkaraya menghadapi masalah ini secara bersamaan, maka sudah saatnya pemerintah pusat mengevaluasi mekanisme distribusi energi di Kalimantan. Tanpa kepastian pasokan, aktivitas ekonomi akan kian melambat, dan masyarakat kecil menjadi yang paling terdampak. (PTM)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Timur Gelar Acara Perpisahan Honorer Lulus PPPK dan Penyambutan ASN Baru

Relawan Barito Timur, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Selalu Siaga Menolong Sesama

Kemenkes Terbitkan Edaran Waspada Kenaikan Kasus COVID-19 Asia, Indonesia Diminta Siaga